ISI
KANDUNGAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 31-32 DAN KONSEP PENGAJARN AT TA’LIM
A.
Surat Al-Baqarah ayat 31-32
ؤَ عَعلَمَ ءَ ا دَ مَ لاَ سْمَا ءَ
كُلَّهَا ثثمَّ عَرَ ضَهُمْ عَلىَ اَ لْمَلَئِكَةِ فَقَا لَ اَنْبِىؤ نِى بِأَ
سْمَا ءِ إ ن كُنْتُمْ صَدِ قِئنَ قَا لُوْ اْ سُبْحَنَكَ لاَ عِاْمَ لَنَا إِ
لاَّ مَا عَلّمْتَنَا إِ نَّكَ أَ نْتَ اَلْعَليمُ ا لحَكِيمُ
Arti Ayat :
(31) Dan telah diajarkan Nya kepada Adam
nama-nama semuanya, kemudian Dia kemukakan semua kepada Malaikat, lalu Dia
berfirman : Beritakanlah kepada Ku nama-nama itu semua, jika kamu adalah
makhluk-makhluk yang benar.
(32) Mereka menjawab : Maha
suci Engkau ! Tidak ada pengetahuan bagi kami, kecuali yang Engkau ajarkan
kepada kami. Karena sesungguhnya Engkaulah yang Maha Tahu lagi Maha Bijaksana.[1]
B.
Kandungan dan Penafsiran Surat Al-Baqarah Ayat 31
Dia yakni Allah mengajar Nabi
Adam as nama-nama seluruhnya, yakni memberinya potensi pengetahuan tentang
nama-nama atau kata-kata yang digunakan menunjuk benda-benda, atau mengajarnya
fungsi benda-benda.
Ayat ini menginformasikan
bahwa manusia dianugerahi Allah potensi untuk mengetahui nama atau fungsi dan
karakteristik benda-benda, misalnya fungsi api, fungsi angin, dan sebagainya.
Dia juga dianugerahi potensi untuk berbahasa. System pengajaran bahasa kepada
manusia (anak kecil) bukan dimulai dengan mengajarkan kata kerja, tetapi mengajarnya
terlebih dahulu nama-nama. Ini papa, ini mama, itu mata, itu pena, dan
sebagainya. Itullah sebagian makna yang dipahami oleh para ulama dari
firman-Nya dia mengajar Adam nama-nama seluruhnya.[2]
Dalam ayat ini Allah SWT
menunjukkan suatu keistimewaan yang telah dikaruniakannya kepada Nabi Adam as
yang tidak pernah dikaruniakan Nya kepada makhluk-makhluk Nya yang lain, yaitu
ilmu pengetahuan dan kekuatan akal atau daya pikir yang memungkinkannya untuk
mempelajari sesuatu dengan sedalam-dalamnya. Dan keturunan ini diturunkan pula
kepada keturunannya, yaitu umat manusia. Oleh sebab itu, manusia (ialah Nabi
Adam dan keturunannya) lebih patut daripada malaikat untuk dijadikan khalifah.
C.
Kandungan dan Penafsiran Surat Al-Baqarah ayat 32
Para malaikat yang ditanya itu secara tulus menjawab
sambil menyucikan Allah, Tidak ada pengetahuan bagi kami selain dari apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui
(lagi) Maha Bijaksana. Maksud mereka, apa yang Engkau
tanyakan itu tidak pernah Engkau ajarkan kepada kami. Engkau tidak ajarkan itu
kepada kami bukan karena Engkau tidak tahu, tetapi karena ada hikmah dibalik
itu. Demikian jawab malaikat yang bukan hanya mengaku tidak mengetahui jawaban
pertanyaan tetapi sekaligus mengakui kelemahan mereka dan kesucian Allah swt.
Dari segala macam kekurangan atau ketidakadilan sebagaimana dipahami dari
penutup ayat ini.[4]
Dari pengakuan para malaikat
ini, dapatlah dipahami bahwa pertanyaan yang mereka ajukan (pada Al-baqarah
ayat 30) semula mengapa Allah mengangkat Nabi Adam as menjadi khalifah,
bukanlah merupakan suatu sanggahan dari mereka terhadap kehendak Allah SWT,
melainkan hanyalah sekedar pertanyaan untuk meminta penjelasan. Setelah
penjelasan itu diberikan, dan setelah mereka mengakui kelemahan mereka, maka
dengan rendah hati dan ketaatan mereka mematuhi kehendak Allah, terutama dalam
pengangkatan Nabi Adam sebagai khalifah.
D. Konsep Pendidikan Islam
Terkait dengan konsep
pendidikan dalam Islam, Allah swt telah menggariskannya dalam surat Ali Imran
[3]: 79
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ
الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي
مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ
وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
Artinya : “Tidak wajar bagi seseorang manusia yang
Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada
manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah
Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang
rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap
mempelajarinya.”
tujuan utama dari pendidikan adalah menjadikan manusia sebagai insan
rabbani (manusia yang berketuhanan). Pendidikan tidak hanya menjadikan manusia
pintar dan menguasai ilmu pengetahuan, namun menjadikan manusia sebagai manusia
yang kenal dan takut dengan Tuhannya dengan ilmu yang dimiliki
tersebut. Kemudian konsep pendidikan yang diperkenalkan dalam ayat di atas
adalah belajar dan mengajar sepanjang masa. Allah swt menyebutkan bahwa ciri
insan rabbani itu adalah tu’allimûn wa tadrusûn (mengajar dan belajar).[6]
E.
Konsep Ta’lim dalam Pendidikan Islam
1.
Pengertian At Ta’lim
Ta'lim mempunyai beberapa
makna antara lain :
a.
Ta'lim adalah proses pemberitahuan sesuatu dengan berulang-ulang dan sering
(intensitas) sehingga muta’alim (siswa) dapat maknanya serta berbekas di dalam
dirinya (selalu diingat).
b. Ta'lim adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dan murid dengan
batasan-batasan adab tertentu, bersahabat dan bertahap.
c.
Ta'lim
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru, tidak hanya sekedar penyampaian
materi, melainkan juga dijelaskan isi, makna dan maksudnya agar murid menjadi
paham dan terhindar dari kekeliruan, kesalahan dan kebodohan.
d. Ta'lim merupakan pembinaan intelektual, pemberian ilmu yang mendorong amal
yang bermanfaat sehingga guru menjadi suri tauladan dalam perkataan dan perbuatan.
Apabila pendidikan Islam
diidentikkan dengan al ta'lim, para ahli memberikan pengertian sebagai berikut
:
a.
Abdul Fatah
Jalal mendefinisikan al ta'lim sebagai proses pemberian pengetahuan, pemahaman,
pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah sehingga penyucian atau
pembersihan manusia dari segala kotoran dan menjadikan diri manusia berada
dalam kondisi yang memungkinkan untuk menerima al hikmah serta mempelajari apa
yang bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya.
b. Muhammad An Nuqaib Al Attas mengartikan al ta'lim dengan pengajaran tanpa
adanya pengenalan secara mendasar, namun jika al ta'lim disinonimkan dengan al
tarbiyah, maka al ta'lim mempunyai arti pengenalan tempat segala sesuatu dalam
sebuah sistem.
2.
Tujuan At Ta’lim
Adapun tujuan At Ta’lim
diantaranya adalah :
a. Mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Dengan mengikuti ta'lim dan kajian ilmu-ilmu Islami maka
dari situ kita dapat termotivasi untuk terus berusaha mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
b. Peningkatan
pemahaman terhadap ilmu agama. Ta'lim merupakan kegiatan yang menunjang untuk
kita menambah wawasan tentang agama yang sesuai dengan Al Qur'an dan sunnah dan
pemahaman salafus shalih.
c. Agar ilmu
yang disampaikan bermanfaat, melahirkan amal shalih, memberi petunjuk ke jalan
kebahagiaan dunia akhirat untuk mencapai ridha Allah SWT.
d. Pembinaan intelektual, pemberian ilmu yang mendorong amal yang bermanfaat
sehingga guru menjadi suri tauladan dalam perkataan dan perbuatan.[8]
3.
Landasan Hukum At Ta’lim
a. Q.S. Al Mujadilah : 11
“Allah akan meningggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan
orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
b. Q.S. Al
Isra’ : 36
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu miliki pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati akan dimintai
pertanggung jawaban”.
c. Hadis
riwayat Muttafaqun ‘alaih
“Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka Allah membuatnya memahami
agama”.
d. Hadis
riwayat Muslim
“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka
Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga”.[9]
NOTE (Tambahan Materi dari Kelas)
قال بعضهم : العليم
: تنبيه النفس لتصور المعاني، واتعلم : تنبه النفس لتصور ذلك، وربما استعمل في معى
الاعلام إذا كان فيه تكرير
Ta’lim yaitu menyadarkan diri untuk bisa memahami
sebuah makna yang berlangsung terus-menerus/berulang-ulang.
Cara untuk mencari ilmu dengan konsep yang sesuai
dengan ajaran islam yaitu dengan memuliakan ulama, caranya yaitu dengan
mematuhinya. Karena ulama itu merupakan warosatul anbiya.
أكرمواالعلماء
فإنهمورثة الآنبياء فمن أكرمهم فقد أكرمهم الله ورسوله ( الخطيب ، والويلمى عن
جابر)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar