Kamis, 06 Juni 2013

SURAT AN-NISA AYAT 9 PENDIDIKAN LIFE SKILL


A.      Dan Terjemah Surat An-Nisa ayat 9

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْتَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللهَ وَلْيَقُولُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا Ayat.
Artinya: Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar. (An-Nisa/4:9)

B.       Tafsir Surat An-Nisa ayat 9

 Ayat ini tentang harta waris. Turun sebagai peringatan kepada orang-orang yang berkenaan dengan pembagian harta warisan agar jangan menelantarkan anak-anak yatim yang dapat berakibat pada kemiskinan dan ketakberdayaan. Menurut Ibnu 'Ajibah ayat ini memberi pesan kepada orang yang memelihara anak yatim orang lain agar memiliki kekhawatiran kalau-kalau di kemudian hari mereka terlantar dan tak berdaya, sebagaimana ia khawatir kalau hal itu terjadi pada anak-anak kandung mereka sendiri. Ketidak berdayaan itu tidak melulu menyangkut soal ekonomi semata, tetapi pada seluruh aspek kehidupan. Setiap orang dewasa bertanggungjawab terhadap perkembangan masa depan generasi mudanya, jangan sampai mereka termarginalisasi karena tidak memiliki pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kesempatan, dan semua hal yang diperlukan untuk maju dan berkembang secara sehat dan bermartabat serta diri diridhai Allah swt. [1]


C.     Pendidikan Life Skill (kecakapan hidup)

Istilah Kecakapan Hidup (life skills) diartikan sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan penghidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Dirjen PLSP, DirektoratTenagaTeknis, 2003).
Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) lebih luas dari sekedar keterampilan bekerja, apalagi sekedar keterampilan manual. Menurut JecquesDelor mengatakan bahwa pada dasarnya program life skills ini berpegang pada empat pilar pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1. Learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan).
2. Learning to do (belajar untuk dapat berbuat/bekerja).
3. Learning to be (belajar untuk menjadi orang yang berguna).
4. Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain).

Pendidikan kecakapan hidup merupakan konsep pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan warga belajar agar memiliki keberanian dan kemauan menghadapi masalah hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya.[2]

D.    Hubungan Pendidikan Life Skill dan surah An-Nisa/4:9.
            Generasi muda adalah istilah yang mengacu kepada tahapan masa kehidupan seseorang yang berada diantara usia remaja dan tua. Ia sudah meninggalkan masa remajanya, namun belum memasuki masa tua. Dalam posisinya yang sedemikian itu, generasi muda sering tampil dalam ciri-ciri fisik dan psikis yang khas.Secara fisik, ia telah tampil dengan format tubuh, panca indera yang sempurna pertumbuhannya. Tinggi badan,raut muka, tangan, kaki dan sebagainya terlihat segar, laksana bunga yang baru tumbuh. Sedangkan secara psikis ia tampil dengan jiwa dan semangat yang menggebu-gebu, penuh idealisme, segalanya ingin cepat terwujud dan seterusnya. Dalam keadaan yang demikian itu ia sering menunjukkan dinamika dan kepeloporannya dalam menegakkan dan membela sebuah cita-cita. Dengan demikian gerakan sosial, protes, demontrasi dan sebagainya sering dipelopori generasi muda.
            Ajaran islam menaruh perhatian terhadap pembinaan generasi muda. Nabi Muhammad SAW misalnya mengingatkan dalam sabdanya sebagai berikut:
اُوْصِيْكُمْ بِالشَّبَابِ خَيْرًا فَاِنَّهُمْ اَرَفُّ اَفْئِدَةً اِنَّ اللهَ بَعَثَنِيْ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا فَخَالَفَنِى الشُّيُوْخُ ثُمَّ تَلاَ قَوْلَهُ تَعَالَى فَطَالَ عَلَيْهِمُ اْلاَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ.
Aku wasiat-amanatkan kepadamu terhadap pemuda-pemuda (angkatan muda) supaya bersikap baik terhadap mereka. Sesungguhnya hati dan jiwa mereka sangat halus. Maka sesungguhnya Tuhan mengutus aku membawa berita gembira, dan membawa peringatan. Angkatan mudalah yang menyambut dan menyokong aku, sedangkan angkatan tua menentang dan memusuhi aku. Lalu Nabi membaca ayat Tuhan yang berbunyi: “Maka sudah terlalu lama waktu (hidup) yang mereka lewati, sehingga hati mereka menjadi beku dan kasar”.
            Hadits tersebut paling kurang mengisyaratkan dua hal. Pertama, peringatan kepada angkatan muda sekarang agar bersikap baik terhadap pemuda-pemuda. Karena merekalah yang memegang zaman yang akan datang bagi bangsa dan negara. Kedua, pengakuan bahwa angkatan muda memiliki hak partisipasi membentuk zaman sekarang dan yang akan datang. Merekalah yang menyambut dan menyongsong kerasulan Nabi Muhammad SAW. Dalam menyambut perubahan yang dilakukan Nabi, pemudalah yang cepat tangkas membantunya, sedangkan golongan tua karena ikatan tradisi yang sudah karatan enggan menyokongnya, bahkan bersikap menolaknya.
            Sehingga sejak dini lah pengenalan dan pembiasaan tentang nilai-nilai kehidupan harus dimulai saat anak sudah bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungannya. Apa yang dilakukan Lukman dalam menginteralisasikan nilai-nilai kepada putranya adalah contoh yang baik bagi pendidikan informal di rumah tangga, sebagaimana terekam dalam Surah Luqman/31: 13-19. Anak yang telah didik untuk mengembangkan dirinya diharapkan mampu mengatasi tantangan yang dihadapinya tidak melunturkan nilai-nilai moral yang telah terkristalisasi dalam kehidupannya. Nilai-nilai itu terutama kejujuran, ketabahan, istiqomah, kreativitas, dan penghargaan pada ilmu yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
            Pendidikan berkelanjutan dan pengembangan karakter menjadi tugas bagi keluarga, masyarakat dan pemerintah. Mempersiapkan generasi muslim yang tangguh merupakan harapan Al-Qur’an. Setiap muslim, baik sebagai individu maupun sebagai komunitas, harus berupaya mewujudkan generasi yang berkualitas dalam semua aspek kehidupan manusia.
            Salah  satu firman Allah swt yang mengharuskan setiap umat tidak meninggalkan di belakang mereka generasi yang lemah, tak berdaya, dan tak memiliki daya saing dalam kompetensi kehidupan dapat dibaca dalam surah An-Nisa/4:9 sebagai berikut:
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْتَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللهَ وَلْيَقُولُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا.
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah  dan hendaknya mereka mengucapkan perkataan yang benar.
            Rangkaian ayat diatas berbicara tentang hak waris anak-anak yatim yang harus ditunaikan secara baik. Hal ini ditegaskan oleh Al-Qur’an ,karena seringkali factor ketidak tahuan dan kelemahan mereka dimanfaatkan dalam arti negative oleh walinya akan tetapi ayat ini dapat juga diartikan secara umum bahwa ada pesan Al-Qur’an kepada setiap muslim untuk berupaya sekeras-kerasnya agar generasi sesudahnya merupakan generasi yang tangguh melebihi para pendahulunya.
            Secara umum diakui bahwa salah satu tugas setiap orang tua, masyarakat, dan pemerintah adalah mempersiapkan ganerasi yang tangguh dalam aspek kehidupan. Cara terbaik untuk melakukan hal tersebut adalah melalui pendidikan yang bermutu yang dapat menggali dan mengembangkan semua potensi yang dimiliki secara optimum. Betapa banyak potensi manusia yang tidak teraktualisasikan dengan sempurna. Boleh jadi di sekililing kita terdapat banyak orang (peserta didik) yang berada pada posisi under achiever, berprestasi jauh dibawah potensi sebenarnya.


1 komentar: